Kamis, 25 Maret 2021

2.3.A.9. KONEKSI ANTARMATERI - COACHING

                                               KONEKSI ANTARMATERI - COACHING

                          Oleh : Suharianto (201698291361)

Dibimbing: Fasilitator : 31-YETTY FATRI DEWI

Pendamping : 103-H. Aisyah Hasibuan

 

A.   FILOSOFI KHD

Mendidik adalah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Tujuan pendidikan itu ‘menuntun tumbuhnya atau hidupnya kekuatan kodrat anak sehingga dapat memperbaiki lakunya

B.    COACHING

1.    Pengertian Coaching

Coaching adalah hubungan kemitraan melalui proses kreatif dan membangkitkan pemikiran yang menginspirasi coachee untuk mendapatkan hasil memuaskan dalam kehidupan personal maupun profesionalnya

Dalam konteks pendidikan Indonesia saat ini, coaching menjadi salah satu proses ‘menuntun’ kemerdekaan belajar murid dalam pembelajaran di sekolah. Coaching menjadi proses yang sangat penting dilakukan di sekolah untuk mengeksplorasi diri guna mencapai tujuan pembelajaran dan memaksimalkan potensinya. Harapannya, proses coaching dapat menjadi salah satu langkah tepat bagi guru untuk membantu murid mencapai tujuannya yaitu kemerdekaan dalam belajar. 

Masih terkait dengan kemerdekaan belajar, proses coaching merupakan proses untuk mengaktivasi kerja otak murid. Pertanyaan-pertanyaan reflektif dalam  dapat membuat murid melakukan metakognisi. Selain itu, pertanyaan-pertanyaan dalam proses coaching juga membuat murid lebih berpikir secara kritis dan mendalam. Yang akhirnya, murid dapat menemukan potensi dan mengembangkannya.

Murid kita di sekolah tentunya memiliki potensi yang berbeda-beda dan menunggu untuk dikembangkan. Pengembangan potensi  inilah yang menjadi tugas seorang guru. Apakah pengembangan diri anak ini cepat, perlahan-lahan atau bahkan berhenti adalah tanggung jawab seorang guru. Pengembangan diri anak dapat dimaksimalkan dengan proses coaching

Proses coaching mengarahkan coachee (Murid) untuk menyelesaikan masalahnya sendiri dan memaksimalkan potensinya. Kemitraan yang setara dan coachee (Murid) sendiri yang mengambil keputuasan terhadap permasalahan yang dialaminya.

2.    Proses Coaching

Coaching  menjadi salah satu proses menuntun belajar murid untuk mencapai kekuatan kodratnya

Peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat

Sebagai seorang pamong. Guru dapat memberikan tuntunan melalui pertanyaan-pertanyaan reflektif dan efektif agar kekuatan kodrat anak terpancar pada dirinya

3.    Prinsip-prinsip Coaching

         a.     Kemitraan

-       Ditandai oleh adanya tujuan percakapan yang disepakati

-       Idealnya tujuan datang dari coachee

    b.  Percakatan Kreatif

-       Percakapan 2 arah

-       Percakapan dilakukan untuk menggali, memetakan stuasi coachee

-       Percakapan ditujukan untuk menghasilkan pemikiran atau ide-ide baru

c.     Memaksimalkan Potensi

-       Percakapan harus ditutup dengan kesimpulan yang dinyakatan oleh coachee

-       Percakapan menghasilkan renca tindakan

4.    Kompetensi Dasar Coach

Mengingat pentingnya proses coaching ini sebagai alat untuk memaksimalkan potensi murid, guru hendaknya memiliki keterampilan coaching.  Keterampilan coaching ini sangat erat kaitannya dengan keterampilan berkomunikasi. Berkomunikasi seperti apakah yang perlu seorang coach miliki akan dibahas pada bagian selanjutnya dalam modul coaching ini. Selain keterampilan berkomunikasi, beberapa keterampilan dasar perlu dimiliki oleh seorang coachInternational Coach Federation (ICF) memberikan acuan mengenai empat kelompok kompetensi dasar bagi seorang coach yaitu:

1)   Keterampilan membangun dasar proses coaching

2)   Keterampilan membangun hubungan baik

3)   Keterampilan berkomunikasi

4)   Keterampilan memfasilitasi pembelajaran

Empat keterampilan dasar seorang coach seharusnya dapat dimiliki oleh guru ketika memerankan diri sebagai coach.

5.    Teknik Berkomunikasi dalam Coacing

1)   Komunikasi asertif

Sikap asertif adalah kemampuan seseorang untuk berkomunikasi dengan cara yang tegas dan tetap menghormati orang lain. Memiliki kemampuan asertif bisa membantu Anda mengelola amarah sekaligus mengatasi masalah dan stress

Berkomunikasi secara asertif akan membangun kualitas hubungan kita dengan orang lain menjadi lebih positif karena ada pencapaian bersama dan kesepakatan dalam pemahaman dari kedua belah pihak. Kualitas hubungan yang diharapkan dibangun atas rasa hormat pada pemikiran dan perasaan orang lain

2)   Pendengar aktif

Salah satu keterampilan utama dalam coaching adalah keterampilan mendengar. Seorang coach yang baik akan mendengar lebih banyak dan kurang berbicara. Dalam sesi coaching kita perlu fokus bahwa pusat komunikasi adalah pada diri coachee, yakni murid kita. Dalam hal ini, seorang coach harus dapat mengesampingkan agenda pribadi atau apa yang ada dipikirannya termasuk penilaian terhadap coachee.

3)    Bertanya efektif

Bertanya’ pada coaching merupakan kemampuan bertanya dengan tujuan tertentu. Bukan sekedar jawaban singkat yang diharapkan, namun pertanyaan yang diberikan dapat menstimulasi pemikiran coachee, memunculkan hal-hal yang mungkin belum terpikirkan sebelumnya, mengungkapkan emosi atau nilai dalam diri dan yang dapat mendorong coachee untuk membuat sebuah aksi bagi pengembangan potensi diri.

4)    Umpan balik positif

Umpan balik dalam coaching bertujuan untuk membangun potensi yang ada pada coachee dan menginspirasi mereka untuk berkarya. Coachee memaknai umpan balik yang disampaikan sebagai refleksi dan pengembangan diri. Secara khusus diberikan pada coachee ketika dalam process coaching, ada hal-hal yang tidak terduga muncul atau hasil dari coaching ini berbeda dari yang coachee pikirkan

6.    Coaching Model TIRTA

TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW model. GROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya.

TIRTA kepanjangan dari

T: Tujuan
I: Identifikasi
R: Rencana aksi
TA: Tanggung jawab

Dari segi bahasa, TIRTA berarti air. Air mengalir dari hulu ke hilir. Jika kita ibaratkan murid kita adalah air, maka biarlah ia merdeka, mengalir lepas hingga ke hilir potensinya. Anda, sebagai guru memiliki tugas untuk menjaga air itu tetap mengalir, tanpa sumbatan

-     Tujuan Umum (biasanya ini ada dalam pikiran coach dan beberapa dapat ditanyakan kepada coachee)

Dalam tujuan umum, beberapa hal yang dapat coach rancang (dalam pikiran coach) dan yang dapat ditanyakan kepada coachee adalah:

a. Apa rencana pertemuan ini?
b. Apa tujuannya?
c. Apa tujuan dari pertemuan ini?
d. Apa definisi tujuan akhir yang diketahui?
e. Apakah ukuran keberhasilan pertemuan ini?

Seorang coach menanyakan kepada coachee tentang sebenarnya tujuan yang ingin diraih coachee.

 -       Identifikasi

Beberapa hal yang dapat ditanyakan dalam tahap identifikasi ini adalah:

a. Kesempatan apa yang kamu miliki sekarang
b. Dari skala 1 hingga 10, dimana kamu sekarang dalam pencapaian tujuan kamu?
c. Apa kekuatan kamu dalam mencapai tujuan
d. Peluang/kemungkinan apa yang bisa kamu ambil?
e. Apa hambatan atau gangguan yang dapat menghalangi kamu dalam meraih tujuan?
f. Apa solusinya?

-  Rencana Aksi

a. Apa rencana kamu dalam mencapai tujuan?
b. Adakah prioritas?
c. Apa strategi untuk itu?
d. Bagaimana jangka waktunya?
e. Apa ukuran keberhasilan rencana aksi kamu?
f. Bagaimana cara kamu mengantisipasi gangguan?

- TAnggungjawab

a. Apa komitmen kamu terhadap rencana aksi
b. Siapa dan apa yang dapat membantu kamu dalam menjaga komitmen?
c. Bagaimana dengan tindak lanjut dari sesi coaching ini?

 Dengan menjalankan metode TIRTA ini, harapannya seorang guru dapat semakin mudah dapat menjalankan perannya sebagai coach. Gambar model TIRTA berikut ini dapat membantu Anda agar lebih terarah dalam melakukan sesi coaching

C.   KETERKAITAN COACHING DENGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI

Pembelajaran berdiferensiasi adalah serangkaian keputusan masuk akal (common sense) yang dibuat oleh guru yang berorientasi kepada kebutuhan murid.

Selanjutny untuk mengetahui bagaimana kita dapat melakukan pemetaan kebutuhan belajar murid. Menurut Tomlinson (2001) dalam bukunya yang berjudul How to Differentiate Instruction in Mixed Ability Classroom menyampaikan bahwa kita dapat mengkategorikan kebutuhan belajar murid, paling tidak berdasarkan 3 aspek. 

Ketiga aspek tersebut adalah:

1)   Kesiapan belajar (readiness) yaitu kapasitas/kesiapan murid untuk memperlajari materi baru seperti pengetahuan konsep atau keterampilan awal  yang dapat dilakukan dengan cara melihat hasil pembelajaran sebelumnya.

2)   Minat murid yaitu keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada situasi /objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan kepadanya, hal ini bisa dilakukan dengan memberikan kebebasan murid untuk menentukan sesuai minat dan bakat yang dikuasainya yang berkaitan dengan materi pembelajaran yang akan diberikan.

3)   Profil belajar murid yaitu Pendekatan yang disukai murid untuk belajar yang dipengaruhi oleh gaya berfikir, kecerdasan,budaya latar belakang, jenis kelamin, dan lain-lain.

Tujuan dari pemetaan kebutuhan belajar murid berdasarkan profil belajar adalah untuk memberikan kesempatan kepada murid untuk belajar secara natural dan efisien

Dan beberapa strategi pembelajaran Berdiferensiasi adalah sebagai berikut :

1.    Diferensiasi Konten. Yaitu mengacu pada apa yang diperlajari dan materi pelajaran yang disajikan kontenya. Hal ini juag harus memperhatikan bagaimana kesiapan belajar murid, tentang siapa yang akan diberikan, apakah bahan yang diberikan mendasar atau dikembangkan dengan ide-ide, bersifat abstrak atau konkret atau yang lainnya. Selanjutnya perlu juga memperhatikan Minat murid, seperti guru memberik teks topik sesuai dengan hal-hal yang disukai murid. Selain itu juga harus sesuai profil belajar siswa (Gaya Belajar)

7.    Diferensiasi Proses. Yaitu mengacu pada modifikasi aktivitas instruksional atau model pembelajaran yang digunakan oleh guru untuk memastikan bahwa siswa menggunakan “keterampilan kunci” untuk menganalisis gagasan dan informasi.

8.    Diferensiasi Produk yaitu tagihan atau hasil kerja yang dihasilkan dari murid yang mencerminkan pemahaman murid dan berhubungan dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan, dengan produk yang bervariasi sesuai pilihan yang murid inginkan.

Pembelajaran berdiferensiasi memberikan kesempatan murid untuk belajar sesuai dengan kesiapan belajar, minat dan profil belajarnya agar dapat mengembangkan bakat dan potensi yang mereka miliki. Dan ini sejalan dengan tujuan praktek  Coaching dilakukan di sekolah terhadap murid yaitu untuk membantu mengembangkan kekuatan kodrat (potensi) yang dimiliki murid.

 

D.   KETERKAITAN COACHING DENGAN PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

   Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk :
1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola  emosi
2) menetapkan dan mencapai tujuan positif
3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta
5) membuat keputusan yang bertanggung jawab. 
Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup: 

1.    Rutin:  pada saat kondisi yang sudah ditentukan di luar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi (circle time), kegiatan membaca  setelah jam makan siang

2.    Terintegrasi dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi  kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah, dll.

3.    Protokol: menjadi budaya atau aturan  sekolah yang  sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau  sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menyelesaikan konflik  yang terjadi dengan membicarakannya tanpa kekerasan,  mendengarkan orang lain yang sedang berbicara, dll

Peran seorang coach (pendidik) adalah menuntun segala kekuatan kodrat (potensi) agar mencapai keselamatan dan kebahagiaan sebagai manusia maupun anggota masyarakat, sehingga dengan proses coaching guru dapat menfasilitasi dan menumbuhkan  Kompetensi Sosial dan Emosional (KSE) pada diri murid sehingga mereka memiliki karakter yang baik dalam kehidupan sehari-hari.

 

 DAFTAR PUSTAKA

 https://david-pranata.com/beda-coaching-mentoring-consulting-training-speaking/

https://lms20-gp.simpkb.id/course/view.php?id=53&sectionid=1233

https://lms20-gp.simpkb.id/course/view.php?id=53&sectionid=1235

Tidak ada komentar:

Posting Komentar